Pada akhir modul 3.3 dalam pendidikan guru penggerak membahas tentang tahapan membuat program sekolah yang berpihak pada murid. Modul 3.3 yang menjadi modul terakhir dari semua rangkaian LMS (learning manajemen sistem) juga mengakhiri teori-teori pembelajaran dalam pendidikan guru penggerak. Semua materi yang telah diberikan diikat dalam sebuah program. Semua bertumpu pada maksud pendidikan menurut KI Hadjar Dewantara yaitu “Menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat”.
Cara mencapai maksud
pendidikan tersebut salah satunya dengan membuat program yang berdampak pada
murid. Program sekolah merupakan salah satu wadah untuk murid mengembangkan
diri. Sebelum menuju langkah membuat program, alangkah baiknya mengingat materi
pada modul sebelumnya, karena sangat berkaitan.
Keterkaitan antar
materi 3.3 dengan materi-materi pada modul sebelumnya digunakan dalam
penyusunan rencana program. Pada modul 3 terdapat materi pemetaan aset dan
pengambilan keputusan. Pada modul 1 terdapat perencanaan BAGJA, penyusunan visi
dan misi sekolah, budaya positif . Pada modul 2 terdapat pembelajaraan
diffrensiasi, pembelajaran sosial emosional dan coaching. Semua materi tersebut
berperan dalam menentukan program sekolah.
Dalam membuat program
yang bisa mengakomodir keinginan murid maka ada beberapa langkah yang harus
dilalui.
Langkah pertama adalah
mengobservasi dan menentukan tujuan. Tujuan yang sudah jelas arahnya tertuang
di dalam visi sekolah. Memadukan antara kebutuhan, minat murid dan visi yang telah
disusun. Program yang akan dibuat hendaklah sejalan dengan visi sekolah yang
telah ditentukan. Juga harus sesuai dengan budaya positif sekolah yang telah
dilaksanakan.
Langkah kedua adalah
memetakan aset. Materi manajeman aset pada modul 3.2 digunakan pada tahapan
ini. Untuk mengenal jenis-jenis aset dapat dilihat materi sebelumnya. Berbasis
berpikir positif dan meminimalisir alasan agar sebuah program dapat terwujud.
Menggunakan aset yang telah dimiliki dengan mengoptimalkannya maka akan
mendorong sebuah program tetap terlaksana.
Langkah ketiga adalah
menyusun rencana dalam format BAGJA. Materi tentang BAGJA sudah dibahas pada
modul 1. Menyusun rencana dengan langkah BAGJA membantu dalam tahapan-tahapan
proses yang harus dilakukan.
Langkah keempat adalah
membuat manajemen resiko. Manajemen resiko membantu untuk memprediksi resiko
yang akan muncul pada program yang akan dilaksanakan. Hal ini untuk meminimalkan
kerugian terutama pada diri murid.
Langkah kelima adalah
membuat pelaporan dengan strategi MELR monitoring,
evaluasi, learning dan reporting.
Sangat penting bagi sebuah program dilaksnakan monitoring dan evaluasi. Pada
saat proses terlaksananya program dari mulai awal hingga akhir monitoring terus
dilakukan. Pelaporan juga penting sebagai bentuk pertanggung jawaban dari
sebuah program.
Program ini sebisa
mungkin melibatkan semua pihak yang terkait dengan sekolah. Di dalam sekolah
melibatkan semua murid, guru dan kepala sekolah. Di luar sekolah melibatkan
komite, orang tua dan masyarakat. Semua disesuaikan dengan kondisi sekolah
masing-masing.
“Aksi adalah
bentuk dari Perwujudan Mimpi”
Aksi dari akhir modul 3 yang menjadi puncak dari pendidikan guru penggerak merupakan wujud eksistensi adanya seorang guru penggerak. Sebagai calon guru penggerak maka akan menjadi contoh pertama yang harus melaksanakannya. Beberapa program yang telah dibuat ada pada artikel lainnya di Blog ini, silahkan dikunjungi.
Selamat mencoba membuat Program Sekolah yang Berdampak Pada Murid. Jadikan Pendidikan Indonesia lebih unggul.
Add your comment